JAKARTA – Tingkat pendidikan pekerja di Indonesia menunjukkan dominasi lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah, meskipun proporsinya menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Agustus 2025 mencatat sebanyak 146,54 juta orang dari 154 juta angkatan kerja atau sekitar 67,16% dari 218,17 juta penduduk usia kerja tercatat aktif bekerja.
Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menjelaskan, mayoritas pekerja masih berasal dari lulusan pendidikan rendah, dengan jumlah mencapai 50,92 juta orang atau 34,75% dari total penduduk yang bekerja.
Meski mendominasi, angka ini mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2024 sebesar 35,80% dan Februari 2025 yang mencapai 35,89%. “Sehingga pekerja berpendidikan rendah masih mendominasi penduduk yang bekerja di Indonesia jika dibandingkan dengan bulan Agustus tahun lalu,” ujar Edy.
Fenomena dominasi lulusan SD ini menjadi indikator penting bagi pengembangan keterampilan dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Hal ini menunjukkan kebutuhan untuk mendorong pendidikan lanjutan dan pelatihan vokasional agar angkatan kerja mampu bersaing di era transformasi digital dan industri modern.
Lulusan Pendidikan Menengah dan Tinggi Meningkat Secara Bertahap
BPS juga mencatat distribusi pekerja berdasarkan jenjang pendidikan lainnya. Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) berada di posisi kedua dengan jumlah 31,05 juta orang atau 21,19%. Disusul lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 25,08 juta orang atau 17,11%, serta lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 20,36 juta orang atau 13,89%.
Sementara itu, pekerja dengan pendidikan tinggi menunjukkan tren meningkat. Lulusan Diploma IV hingga S1, S2, dan S3 mencapai 15,88 juta orang atau 10,84%. Sedangkan lulusan Diploma I/II/III tercatat 3,25 juta orang atau 2,22%.
Edy menambahkan, porsi penduduk bekerja dengan pendidikan tinggi terus meningkat sejak Agustus 2023, yaitu dari 12,76% menjadi 13,06% pada Agustus 2025. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja yang diharapkan dapat mendukung produktivitas dan inovasi di berbagai sektor.
Sektor Formal dan Informal: Perbedaan Proporsi
Data BPS mengungkapkan bahwa mayoritas pekerja Indonesia masih bergerak di sektor informal, dengan proporsi 57,80%. Sebaliknya, sektor formal mencatat 42,20% dari total pekerja. Meski demikian, sektor formal menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan Agustus 2024 yang hanya sebesar 40,89%. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan buruh, karyawan, dan pegawai yang memanfaatkan peluang kerja formal yang lebih stabil dan memiliki jaminan sosial.
Peningkatan proporsi sektor formal penting untuk menyeimbangkan kualitas pekerjaan dan perlindungan pekerja. Seiring pertumbuhan ekonomi, peluang untuk meningkatkan pekerjaan formal diharapkan mampu menekan dominasi sektor informal, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tren Pekerja Berpendidikan Rendah Menurun
Meski lulusan SD ke bawah masih mendominasi, tren penurunan jumlah pekerja berpendidikan rendah menjadi indikasi positif. Hal ini mencerminkan keberhasilan berbagai program pendidikan dan pelatihan, meskipun masih ada tantangan dalam menurunkan ketimpangan pendidikan di berbagai daerah.
Peningkatan pekerja berpendidikan tinggi dan menengah yang konsisten juga menjadi sinyal bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya pendidikan untuk meningkatkan peluang karier. Dengan dukungan pemerintah dan sektor swasta dalam memperluas akses pendidikan, diharapkan jumlah pekerja berpendidikan tinggi akan terus bertambah, sejalan dengan kebutuhan industri yang semakin kompleks.
Implikasi terhadap Pengembangan SDM dan Ekonomi
Distribusi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan memiliki implikasi strategis terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan perekonomian. Dominasi lulusan SD menuntut kebijakan pemerintah untuk memperkuat program pelatihan vokasional, pendidikan lanjutan, dan literasi digital. Peningkatan kualitas SDM diyakini dapat mendorong produktivitas, daya saing, dan inovasi di pasar kerja nasional.
Edy menekankan bahwa data ini menjadi acuan penting bagi pemerintah, pelaku industri, dan lembaga pendidikan dalam merumuskan strategi pengembangan SDM yang lebih tepat sasaran. Penurunan pekerja berpendidikan rendah dan peningkatan pekerja berpendidikan tinggi diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan ekonomi modern.
Kesimpulannya, meskipun lulusan SD masih mendominasi, tren penurunan proporsi pekerja berpendidikan rendah dan meningkatnya jumlah pekerja berpendidikan tinggi menandakan kemajuan dalam pengembangan kualitas SDM di Indonesia. Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan menjadi kunci untuk memperluas kesempatan kerja formal, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat daya saing angkatan kerja nasional.