Alumni Lapas Nusakambangan

Alumni Lapas Nusakambangan Dibekali Keterampilan untuk Mendukung Program Nasional

Alumni Lapas Nusakambangan Dibekali Keterampilan untuk Mendukung Program Nasional
Alumni Lapas Nusakambangan Dibekali Keterampilan untuk Mendukung Program Nasional

JAKARTA - Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan mengambil langkah strategis untuk memastikan alumni lembaga pemasyarakatan (lapas), khususnya yang berada di Nusakambangan, memiliki bekal keterampilan yang memadai sebelum kembali ke masyarakat.

Melalui serangkaian pelatihan teknis dan kegiatan produktif, alumni lapas diharapkan tidak hanya siap menghadapi kehidupan sehari-hari, tetapi juga dapat berkontribusi pada program prioritas nasional.

Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, menjelaskan bahwa berbagai Balai Latihan Kerja (BLK) yang dibangun oleh Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) memiliki peran lebih luas daripada sekadar memenuhi kebutuhan pangan internal lapas. BLK ini difungsikan sebagai sarana pembinaan, pelatihan keterampilan, serta pengembangan kemampuan teknis di bidang agribisnis.

“Tadinya Nusakambangan ini hanya tempat penahanan, tapi kini juga dijadikan tempat pelatihan ketahanan pangan. Harapannya, ketika mereka (warga binaan) bebas, mereka punya modal untuk melanjutkan aktivitas berdasarkan kegiatan dan kemampuan yang mereka miliki,” kata Agus.

Keterkaitan dengan Program Prioritas Nasional

BLK yang disiapkan bagi warga binaan juga selaras dengan Asta Cita kedua, yang menekankan pentingnya memantapkan sistem pertahanan keamanan negara sekaligus mendorong kemandirian bangsa. Dalam praktiknya, hal ini mencakup swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru. Agus menambahkan bahwa BLK ini mempercepat tercapainya visi lapas yang mandiri, produktif, dan memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan nasional.

Wakil Menteri PANRB, Purwadi Arianto, menekankan bahwa keberadaan BLK merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak, baik pemerintah maupun sektor swasta. Menurutnya, pendekatan ini sejalan dengan reformasi birokrasi tematik, yang menekankan inovasi langsung yang berdampak bagi masyarakat.

“Sehingga ini berdampak langsung kepada ekosistem pembangunan nasional. Kolaborasi dan sinergi antar-kementerian, lembaga, pemerintah daerah menjadi yang utama. Tentunya saya mengapresiasi ini dan semoga kegiatan ini menjadi inspirasi di tempat lain,” ungkap Purwadi.

Pembinaan Karakter dan Kemandirian

Program pelatihan di BLK tidak hanya bertujuan meningkatkan keterampilan teknis warga binaan, tetapi juga membentuk karakter, etos kerja, dan kemandirian. Dengan pembinaan yang terstruktur, alumni lapas memperoleh bekal kemampuan dan kepercayaan diri untuk memulai kehidupan baru dengan lebih produktif dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Melalui BLK ini, warga binaan memperoleh keterampilan hidup, masyarakat dan konsumen memperoleh nilai ekonomi, dan negara memperoleh tata kelola pembinaan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan,” kata Purwadi.

Ragam BLK dan Jenis Pelatihan

Beragam BLK yang telah dibentuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membekali alumni lapas dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar dan ekonomi nasional. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Pabrik FABA (Fly Ash Bottom Ash), yang mengolah abu batu bara menjadi produk seperti paving block. Selain itu, kegiatan lain mencakup:

Pengolahan pupuk

Konveksi

Kolam budidaya sidat dan penebaran benih sidat

BLK tepung Nirbaya

BLK Lapas Kembang Kuning

BLK budidaya udang vaname Pasir Putih

BLK pelintingan rokok

BLK ayam KUB dan petelur

BLK lapas terbuka

Setiap BLK memiliki fokus berbeda, sesuai dengan potensi sumber daya lokal dan kebutuhan keterampilan yang bisa diserap alumni lapas. Agus menekankan bahwa keberadaan BLK ini memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk memanfaatkan waktu mereka secara produktif selama masa pembinaan, sekaligus menyiapkan mereka kembali ke masyarakat dengan kompetensi yang dapat digunakan untuk mencari penghidupan yang layak.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Program ini juga memberikan dampak ekonomi secara langsung. Produk-produk yang dihasilkan BLK tidak hanya digunakan untuk kebutuhan internal lapas, tetapi juga bisa dipasarkan ke masyarakat, membuka peluang usaha baru, serta menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan tidak hanya bersifat rehabilitatif, tetapi juga produktif dan berkelanjutan.

Melalui pendekatan ini, pemerintah berharap alumni lapas dapat berpartisipasi dalam program prioritas nasional, termasuk ketahanan pangan, ekonomi hijau, dan inovasi kreatif. Para alumni juga diharapkan dapat menularkan keterampilan yang diperoleh kepada masyarakat sekitar, memperkuat ekosistem pembangunan lokal, dan memberikan kontribusi positif bagi ekonomi nasional.

Transformasi Sistem Pemasyarakatan

Agus menegaskan bahwa model pembinaan ini merupakan inovasi penting dalam sistem pemasyarakatan modern, yang menekankan pada manusia sebagai pusat perhatian. Tidak hanya sekadar menahan, tetapi juga mendidik dan mempersiapkan warga binaan untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri, produktif, dan beretika.

Dengan sinergi antara Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Kementerian PANRB, pemerintah daerah, dan pihak swasta, pembinaan melalui BLK di Nusakambangan diharapkan menjadi model pembinaan terpadu yang dapat direplikasi di lapas-lapas lainnya. 

Fokus pada pengembangan keterampilan, kewirausahaan, dan pemberdayaan ekonomi ini diharapkan mampu mengurangi risiko residivisme, meningkatkan kesejahteraan alumni, serta memberikan manfaat nyata bagi pembangunan nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index